13 Maret 2012

cerpen. hujan tanpa awan part 2

kembalinya lebah membuat sekuntum bunga takut kehilangan madunya.

gadis itu berjalan tersaruk-saruk dikoridor sekolahnya, matanya menerawang jauh kekejadian beberapa menit yang lalu, seakan-akan otaknya masih tertinggal disana. sudah beberapa kali dia menarik nafasnya dalam dalam tapi kesesakan yang terasa tak kunjung menghilang. dia masih teringat jelas percakapannya dengan pria itu tadi pagi.

pria itu menghampiri elle yang masih membeku ditempatnya, senyuman masih terlihat jelas diwajahnya. elle sudh berkali-kali berfikir untuk pergi dari sana tapi sungguh sarafnya tak bekerja dengan baik, dia terus mengumpat dalam hatinya.
'hay el' sapa pria itu masih dengan senyumnya.
'hay andora' balasnya canggung, suaranya tercekat ditenggorokannya.
'bagaimana kabarmu?'
'kelihatannya bagaimana?' nadanya datar dan dingin.
 'sepertinya kau baik-baik saja' katanya dengan menggaruk tengkuknya, entah mengapa rasanya begitu canggung untuk mengajak elle berbicara lagi.
elle tersenyum miring 'oh ya? setelah kau pergi meninggalkanku dan mencampakkanku begitu saja kau masih bisa bilang aku baik baik saja!?' entah dari mana asal kekuatannya, iya berhasil membentak andora.
'el...maaf' andora benar-benar menyesal atas apa yang telah terjadi, dia punya alasan pada saat itu tapi belum saatnya dia memberi tahukan semuanya.
'kau tiba-tiba menghilang tanpa sepatah kata pun, dan hanya maaf yang kau ucapkan!?' kali ini elle benar-benar marah.
'aku akan menjelaskan semuanya el'
'aku tidak butuh!' elle pun menyetop taksi yang lewat dan pergi meninggalkan andora sendiri.

'hah.... bodoh sekali kau ini elle' gadis itu merutuki dirinya sendiri sambil sesekali memukul-mukul kepalanya. tak terasa dia sudah sampai didepan kelasnya segera dia menuju tempat duduknya. hari ini dia benar-benar tak mempunyai mood untuk belajar.


*****

tiba-tiba rasa sakit itu muncul kembali seperti tak ada lagi harapan untuk meredanya hujan, tak ada lagi harapan munculnya pelangi. semuanya seakan-akan tak akan berakhir happy ending.

elle sedang terduduk disofa rumahnya, televisi didepannya menyala tp pandangannya tak sedikit pun terarah kesana dia terus memikirkan mengapa andora muncul kembali membuat luka itu semakin mendalam tp dia jg penasaran mengapa andora waktu itu tega sekali meninggalkannya hanya dengan empat kata. tiba-tiba dia mendengar handphonenya berdering.
"halooo ada apa?" "apa?" elle menegang ditempat dia tak percaya dengan apa yg didengarnya seolah-olah bumi kembali berhenti berputar, seekuat mungkin dia berusaha untuk tidak menangis. bohong, pasti semuanya bohong. elle berusaha meyakinkan dirinya sendiri. secepat kilat dia pergi menuju rumah sakit, dia takut semuanya benar.


 

04 Maret 2012

cerpen. hujan tanpa awan part 1

saat ini ia sama sekali tidak bisa merasakan apa pun. Sepertinya saraf-sarafnya sudah tidak berfungsi. Ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa bersuara, dan tidak bisa merasakan apa-apa. ia terus berjalan menyusuri jalanan kota malam hari, ia bahkan tak merasa dingin sedikit pun. air matanya pun sudah habis tak tersisa.

hujan turun lagi.  gadis itu mendesah pelan sambil menyesap minumannya berulang kali ia melihat arlojinya, ini sudah lewat 15 menit dari janji mereka. aku benci menunggu kesalnya.
'hai..maap aku telat' gadis itu seolah tak perduli dengan seseorang dia masih sibuk dengan minumannya.
'oh ayolah ell aku hanya telat 15 menit' gadis itu pun menatap pria itu yang sudah duduk bersebrangan dengannya.
'kau tahu kan aku benci menunggu!.' kesalnya pada  nicholas yang sudah beberapa bulan ini menjadi temannya. nick sebenarnya mahasiswa pindahan dari paris karna jurusan mereka sama lalu nick pun bertemu dengan elle yang saat itu seorang gadis yang dingin.
'tapi ell kau tahu kan diluar hujan dan jalanan sangat macet' ujar nick meyakinkan.
'baiklah kali ini kau ku maafkan asal kau mau mentraktirku es krim' elle mengedip ngedipkan matanya.
 'tapikan ini sedang hujan' ujarnya.
'oh ayolah nick...plisss.' elle memasang wajah memohonnya pada nick, dia sangat tahu temannya yang satu ini takkan bisa tahan bila dia sudah memasang wajah memohonnya itu.
'okay' nick mendesah pelan, 'segalanya untuk mu' tambahnya.
'terimakasih nick, kau memang teman terbaikku' puji elle.
'oh tentu saja aku memang teman terbaikmu' ujar nick dengan nada sombongnya itu.
jika boleh aku ingin lebih dari temanmu. batin nick.

***

hembusan angin membawanya terbang kembali kesini, semua kenangan pun tiba-tiba mengalir deras bak hujan tanpa awan.

sinar matahari pagi menyilaukan mata masuk melalui celah-celah jendela membuat gadis cantik itu menggeliat-liat ditempat tidurnya.
'mengapa pagi cepat sekali sih' gumamnya sambil beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi tentu saja hari ini dia ada kuliah pagi.
dia tidak perlu berlama-lama untuk bersiap-siap karna dia memang orang yang simple.
seperti biasa dia pergi kuliah menggunakan kendaraan umum seperti bus. dia berjalan kaki menuju halte bus yang tak terlalu jauh dari rumahnya. tiba-tiba dia berhenti melangkah, nafasnya tercekat, sepertinya aliran darahnya terputus, dan jantungnya pun tak bisa berdetak seperti biasanya. tampak seorang pria duduk dihalte bus sambil memejamkan matanya mendengarkan lantunan-lantunan dari headphone yang digunakannya.
kenangan itu pun kembali mengalir deras diotaknya tanpa ada sedikit pun penghalang membuat dadanya semakin terasa sesak, ingin rasanya ia berbalik dan berlari pergi dari sana tapi entah seperti ada perekat yang membuatnya tak bisa beranjak dari sana. dan hal yang paling ditakutinya pun terjadi lelaki itu mendongak dan melihat kearahnya lalu tersenyum.
ku mohon ini hanya mimpi. batinnya sambil memejamkan mata dan tentu saja berapa kali pun dia berharap semuanya tetap sama bahwa ini bukan mimpi.