17 Oktober 2013

Bukan aku

Ah ku genggam erat gelas berisi coklat hangat ditanganku. Diluar hujan masih terus turun tanpa menunjukan tanda akan berakhir. Dari jendela kamarku, ku pandangi rintik-rintik air yg turun sambil sesekali menyesap coklat hangat ini. Entahlah, aku harus menyesal atau bagaimana. Saat ku lihat rintik air itu aku merasakan sendu dalam jiwaku. Teringat tentang betapa bodoh dan jahatnya aku. Seharusnya aku tak perlu memikirkan, seharusnya aku tak perlu terlalu dekat. Dia tidak ditakdirkan untuk bersamaku, dia tidak ditakdirkan untuk ku miliki. Mungkin, bahkan untuk sekedar memendam pun aku tak berhak, kau memang akan selalu untuknya.
Aku terlalu serakah merangkai tawa tanpa ingat akan duka yang pasti datang.
Seharusnya aku melukis jarak agar tau dimana tempatku dan tempatmu. Kau mungkin hanya anggap aku seperti badut sulap yang bisa buat kau tertawa, yang kau jadikan lelucon penghibur hati.
Aku berkali kali membuat tameng agar tak semakin dalam, agar tak merusak kebahagian dia dan kamu.
Dulu aku tak pernah anggap ini berarti, sama seperti kamu yang hanya anggap ini permainan.
Aku memang tak pantas dibandingkan dengan dia yang terlalu sempurna, aku tau bahkan aku tidak akan jadi sebuah pilihan. Dia terlalu sempurna untuk kau palingkan. Aku tau itu. Dan aku tak berharap hujan ini menjadi pelangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar