22 Oktober 2014

Senja yang telah berlalu



Senja tengah menaungi langit, gelap pun menerobos cahaya perlahan. Bulan menggeser sang raja dari singgasananya. Namun kau masih tak berpindah tempat. Pandanganmu masih tak teralihkan. Kau berdiam menatap lampau dan menepis kini. aku pun terpaku dengan uluran tangan tak bersambut. menggenggam sepi yang teraih. bagaimana aku mengibaratkan? Tentang sakitnya cinta yang terabaikan. Tentang hancurnya hati yang teracuhkan.
Aku tak bisa menuliskan namaku dihatimu. Karna telah ada nama yang menempatinya dengan huruf tebal yang merentangku. Aku ingin menggenggammu, namun itu tak cukup kuat untuk menarikmu keluar. Kau terlalu terpaku pada senja yang telah berlalu dan terlalu takut pada gelap yang berkabut.
Tak ada celah untukku mendekat. Langkahku terlumpuhkan oleh kebisuanmu. Tak ada tempat untukku tinggal. Harapku terhempaskan oleh diam mu yang tak bertepi. Anganku terbang bersama kata cinta yang tertahan oleh air mata.
Aku ingin membawamu menjelejah gelap bersamaku. Dengan tangan yang saling menggenggam. Meninggalkan takutmu bersama angin yang berhembus. Melupakan senja yang telah berlalu dan menggantinya dengan titik-titik cahaya dalam gelap yang tak kau sadari. Yang begitu indah melebihi senjamu.




-shinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar