Senja tengah
menaungi langit, gelap pun menerobos cahaya perlahan. Bulan menggeser sang raja
dari singgasananya. Namun kau masih tak berpindah tempat. Pandanganmu masih tak
teralihkan. Kau berdiam menatap lampau dan menepis kini. aku pun terpaku dengan
uluran tangan tak bersambut. menggenggam sepi yang teraih. bagaimana aku mengibaratkan?
Tentang sakitnya cinta yang terabaikan. Tentang hancurnya hati yang teracuhkan.
Aku tak bisa menuliskan
namaku dihatimu. Karna telah ada nama yang menempatinya dengan huruf tebal yang
merentangku. Aku ingin menggenggammu, namun itu tak cukup kuat untuk menarikmu
keluar. Kau terlalu terpaku pada senja yang telah berlalu dan terlalu takut
pada gelap yang berkabut.
Tak ada celah
untukku mendekat. Langkahku terlumpuhkan oleh kebisuanmu. Tak ada tempat
untukku tinggal. Harapku terhempaskan oleh diam mu yang tak bertepi. Anganku terbang
bersama kata cinta yang tertahan oleh air mata.
Aku ingin
membawamu menjelejah gelap bersamaku. Dengan tangan yang saling menggenggam. Meninggalkan
takutmu bersama angin yang berhembus. Melupakan senja yang telah berlalu dan
menggantinya dengan titik-titik cahaya dalam gelap yang tak kau sadari. Yang begitu
indah melebihi senjamu.
-shinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar