ia bagai berjalan dalam kabut tebal, tak bisa melihat belokan yang ada.
bagaikan tak ada sinar dalam matanya. hanya kehampaan yang mencekam yang terlukis disana.
ia pun tak dapat merasakan keberadaannya sendiri. jiwanya. hatinya. bagai tak ada dalam raganya.
ia memejamkan matanya. membuka mulutnya, mencoba berteriak. namun tak ada suara yang terdengar. apakah telinganya tuli? namun ia masih bisa mendengar hembusan angin yang menerjang tubuhnya.
kini kakinya mati rasa. lelah berjalan dalam jalan yang tak terlihat. ia tak sanggup lagi. hatinya lelah dalam kesepian. ia berharap ditemukan. tidak. ia ingin ditemukan. ia ingin ada orang yang memanggil namanya, menarikanya keluar dan menyadarkannya dari kehampaan dan ketiadaan rasa.
ia bingung. apakah ia harus menunggu disini atau terus berjalan dalam kabut ini dan menyeret kakinya.
ia pun melangkah tersok-seok. mengerahkan semua kekuatan yang masih tersisa darinya. benar. ia tak ingin menunggu lagi. menunggu ketidakpastian yang entah akan datang atau tidak. ketidakpastian yang malah akan membuatnya makin tersesat dan penuh luka.
ia akan terus berjalan. walau perlahan. hingga kabut ini menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar