kau ucap kata sayang yang ingin ku dengar namun kata sayang yang keluar dari mulutmu itu adalah ambigu dan menyesatkanku.
"Lira, aku sayang kamu. kamu mau kan jadi pacar aku?" katanya sambil menatap mataku dalam, aku ikut menatap matanya tepat dirisnya mencari sebuah kejujuran disana.
aku mengangguk lalu tersenyum. "aku mau," jawabku, ia tersenyum membuat kedua sudut bibirnya terangkat dan membentuk lengkunganseperti bulan sabit yang indah dan menawan, lalu memelukku dengan erat sambil menggumamkan kata 'I Love You'
aku terkekeh pelan dan membalas pelukannya. "I love you too," ucapku dalam peluknya.
kau membuatku terbang melayang menembus langit dengan semua pujian dan janji yang kau beri, namun aku lupa membawa parasut sehingga aku terjatuh langsung membentur tanah.
aku langsung berlari kebawahdengan tergesa-gesa saat mendengar klakson mobil darren. hari ini darren mengajakku dinner untuk merayakan hari jadi kami yang kesatu bulan.
saat aku sudah sampai didepan mobilnya dia segera keluar dan menghampiriku. dia terlihat sangat gagah dan tampan dengan jas hitam yang melekat ditubuhnya. "sudah siap tuan putri?" tanyanya yang berhasil membuatku terkekeh.
"tentu,"seruku semangat.
dia tersenyum lalu membukakan pintu mobil untukku. "silahkan masuk tuan putri," ujarnya dengan senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya. aku segera masuk kedalam mobil dan mengucapkan terimakasih kepadanya. setelah itu dia masuk kekursi pengemudi dan menjalankan mobilnya.
"kamu sangat cantik hari ini," pujinya yang berhasil membuat pipiku memanas seperti terbakar dan memerah layaknya kepiting rebus.
dia membuatku benar-benar terkesan, makan malam ini benar-benar indah yang ditemani lilin temaram dimeja kami dan musik slow yang menenangkan dan membuat orang-orang ingin berdansa.
tiba-tiba dia berdiri dari kursinya dan menghampiriku, dia mengeluarkan sebuah kalung indah yang berliontinkan love. dia memakaikan kalung itu kepadaku, sungguh aku benar-benar tercengang sampai tak tahu harus bilang apa.
"happy anniversary sayang. i love you." bisiknya tepat ditelingaku.
"i love you too," balasku kepadanya. dia segera berdiri dihadapanku dan mencium bibirku lembut hanya beberapa detik. "aku berjanji, aku gak akan nyakitin kamu. kamu percayakan?" dia menatap manik mataku dalam dan membuatku terhanyut dalam tatapannya itu.
"aku percaya,"
cintamu telah membuatku buta sehingga tak bisa melihat sesuatu yang terjadi tepat didepanku. cintamu membuatku tuli sehingga tak bisa mendengar sebuah kenyataan.
"Darren apa kau bisa menemaniku makan siang?"
"maaf aku gak bisa, aku sudah ada janji dengan Maya. tak apakan?" jawabnya diseberang sana.
"oh yasuda tak apa," ujarku dengan sedikit kecewa. namun aku mencoba mengerti mungkin darren merindukan maya karena dia sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan maya. ya maya adalah teman kecil darren, dia pindah keluar negeri ikut orang tuanya dan dia kesini untuk berlibur. aku juga sudah dikenalkan pada maya, dia orang yang sangat manis.
"oke sampai jumpa," ujarnya dan mengakhiri sambungan telpon kami.
"Ra, apa kamu gak curiga sama darren, dia belakangan ini sepertinya selalu bersama maya dan selalu menolak saat kamu mengajaknya bertemu," tanya diana.
"aku percaya kok sama dia,"
"kamu gak cemburu?"
"aku sedikit cemburu, tapi aku yakin mereka gak ada hubungan apa-apa. lagian maya tau kalau aku pacarnya darren."
"kamu benar-benar deh. kamu seharusnya gak boleh begitu percaya padanya karena akan lebih menyakitkan saat kamu mengetahui kenyataannya," diana mendesah. aku hanya diam tak menggubris perkataannya.
hari ini aku mengajak darren untuk jalan-jalan ketaman kota karena sudah lama aku dan darren tidak pergi berdua. kami sedari tadi bersenda gurau, dia masih sama tidak berubah. aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini bersama darren karena belakangan ini darren lebih sering meluangkan waktunya bersama maya.
tiba-tiba terdengar dering dari handphone darren, darren tersenyum lalu mengangkat telponnya.
"haloo, ada apa may? aku sedang ditaman kota dengan lira, apa? tentu saja boleh. oke aku tunggu,"
senyum yang sedari tadi tersungging dipipiku lenyap seketika saat mendengar maya akan kesini dan darren menyetujuinya tanpa meminta persetujuan dariku. aku benar-benar merasa ada sesuatu yang begejolak dihatiku namun ku tahan mati matian.
"oh ya Ra, maya akan kesini. tak apakan?"
"tentu tak apa," ujarku tersenyum kecut.
entah harus sesabar apalagi aku melihat darren bersama maya. terlihat jelas ada sesuatu dimatanya saat memandang maya, namun segera ku tepis jauh-jauh pikiran itu. mereka hanya berteman! batinku meyakinkan.
mereka berdua tampak bersenda gurau dengan sangat mesra sambil tertawa dan mengabaikanku, menganggapku hanya bayangan yang tak kasat mata. hatiku benar-benar nyeri melihat mereka seperti ada beribu-ribu petinju yang memukuli hatiku dengan sangat keras. aku berusaha namun ada kalanya aku menyerah.
saat ini, disini, aku melihat dan merasakannya, semua itu tertangkap jelas dindra pengelihatku. sebuah pengkhianatan. aku akan pergi jika memang kau benar-benar lebih membutuhkannya. namun begitu ku pergi aku takkan kembali lagi..
jantungku berdetak diatas normal, aliran darahku berhenti dan terputus, nafasku sesaak, tenggorokanku tercekat, dan hatiku terhujam begitu keras oleh belati tumpul yang memaksa menusuk hatiku. didepanku, dihadapanku, tepat disebrang sana, laki-laki yang berstatus kekasihku berciuman dengan mesra bersama seseorang yang 'katanya' sahabatnya.
setelah beberapa menit mereka menghentikan aktifitas mereka dan tersentak melihatku yang sudah berada dihadapannya. aku hanya tersenyum, memberikan senyum termanis yang ku punya sekarang.
"apa aku mengganggu?" tanyaku. nada suaruku benar-parau karena menahan air mata yang benat-benar sudah akan menetes. "kalau begitu maafkan aku," aku segera berbalik dan melangkah meninggalkan mereka. namun sebuah tangan menghentikan langkahku.
"Ra, aku benar-benat minta maaf. aku bisa menjelaskannya," matanya terlihat sayu. aku melepaskan tangannya lembut dari tanganku.
"darren, sepertinya hubungan ini harus diakhiri," ucapku lembut sambil tersenyum. dia menatapku nanar.
"aku benar-benar minta maaf, ra. tolong jangan akhiri hubungan ini," ucapnya memohon.
"maaf Ren aku gak bisa. kamu pasti akan lebih bahagia bersama maya," aku melirik maya sekilas dia nampak tertunduk.
"tapi Ra.."
"aku pergi dulu," ucapku lalu meninggalkan mereka. air mataku benar-benar tak sanggup lagi untuk ku tahan, akhirnya air yang sedari aku tahan berdesakan keluar tanpa bisa ku cegah lagi.
aku tak akan menahannya agar tetap disisiku,aku tak aku memohon padanya agar terus disampingku. aku melepasnya dan merelakannya karena percuma jika memang bukan aku yang dibutuhkannya.
tepat disini, dipantai ini kami memulai hubungan dengan kata cintanya dan tepat dipantai ini juga aku mengakhiri hubunganku dengan pengkhianatannya. semuanya berakhir dan tak akan kembali lagi.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar