TEMPO.CO, London
- Para ilmuwan telah menemukan letak gunung api yang meletus hebat pada
abad ke-13. Saking kuatnya, jejak letusan pada 1257 itu tersimpan pada
lapisan es di Kutub Utara dan Antartika.
Teks-teks abad pertengahan Eropa merekam pendinginan mendadak iklim dan gagal panen pada tahun itu. Dalam jurnal Proceeding of the National Academy Sciences of The United State of America, para ahli memastikan sumber letusan berasal dari Gunung Berapi Samalas di Pulau Lombok, Indonesia.
Kini, hanya sedikit yang tersisa dari struktur gunung aslinya, yaitu hanya berupa sebuah danau kawah besar, Danau Segara Anak.
Tim ini mengaitkan jejak belerang dan debu di es kutub dengan data yang
dikumpulkan di wilayah Lombok itu, termasuk tanggal radiokarbon, jenis
dan penyebaran batuan dan abu yang dikeluarkan, lingkaran pohon, bahkan
sejarah lokal tentang kejatuhan Kerajaan Lombok sekitar abad ke-13.
"Bukti ini sangat kuat dan menarik," kata Prof Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris, seperti dikutip British Broadcast Corporations edisi hari ini, 1 Oktober 2013.
Rekan kerjanya, Prof Franck Lavigne, dari Pantheon-Sorbonne University,
Prancis, mengatakan mereka melakukan sesuatu yang mirip dengan
investigasi kriminal. “Kami tidak tahu pelakunya pada awalnya, tapi kami
punya waktu pembunuhan dan sidik jari dalam bentuk geokimia pada inti
es, yang memungkinkan kami untuk melacak gunung berapi yang bertanggung
jawab atas letusan besar itu," ujarnya.
Letusan tahun 1257 itu
telah banyak dikaitkan dengan gunung berapi di Meksiko, Ekuador, dan
Selandia Baru. Tapi dugaan itu selalu direvisi karena perbedaan tanggal
dan jejak geokimia. "Hanya Samalas yang bisa memenuhi semua syarat,"
ujar para peneliti.
Studi tim di Lombok menunjukkan sebanyak 40
kilometer kubik batuan dan abu terlempar dari gunung berapi itu, dan
material erupsi kemungkinan naik 40 km atau lebih ke langit. Material
itu tersebar ke seluruh dunia dan terlihat pada lapisan es Greenland dan
Antartika. Dampak terhadap iklim akan menjadi signifikan.
Teks
abad pertengahan menggambarkan cuaca mengerikan menyusul musim panas
pada tahun 1258. Cuaca waktu itu dingin dan hujan tak henti-henti
menyebabkan banjir.
Para arkeolog baru-baru ini menempatkan
tahun 1258 pada kerangka ribuan orang yang dikuburkan di kuburan massal
di London. "Kami tidak bisa mengatakan dengan pasti dua peristiwa itu
terkait, tetapi populasi pasti telah tertekan," kata Prof Lavigne kepada
BBC News.
Dibandingkan dengan ledakan bencana yang
relatif baru, para peneliti percaya Samalas setidaknya sebesar Krakatau
(1883) dan Tambora (1815).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar