TEMPO.CO, Essex - Tim
ilmuwan bidang psikologi dari University of Essex di Inggris telah
mengidentifikasi jenis ketakutan baru pada manusia, yaitu trypophobia
alias fobia terhadap lubang. Lalu, apa yang menyebabkan jenis ketakutan
ini?
Pemimpin penelitian, Geoff Cole, mengatakan
penderita trypophobia tidak dapat melihat benda yang memiliki banyak
lubang dengan pola berulang (klaster lubang). Misalnya, sarang lebah,
sarang semut, dan kumpulan gelembung sabun. Semua penampakan benda itu
dapat menyebabkan penderita terkena migrain, mual, serangan panik,
berkeringat panas, dan jantung berdebar.
"Ketakutan
mungkin berasal dari kemiripan visual pola lubang berulang dengan hewan
beracun tertentu," kata Cole, seperti dikutip Livescience, Kamis, 5
September 2013.
Dalam penelitiannya, Cole dan timnya
ingin mengetahui apakah para pengidap trypophobia berbagi fitur visual
yang umum. Mereka membandingkan 76 gambar obyek trypophobia dengan 76
gambar lubang yang tidak berkaitan dengan fobia itu.
Gambar
obyek trypophobia didesain untuk memunculkan fitur spasial berulang
dari suatu gambar lubang, serta memiliki kontras yang tinggi pada
frekuensi tengahnya. Gambar seperti ini memiliki struktur visual yang
sama, seperti garis-garis, yang terkadang dapat memicu migrain jika
dilihat oleh seorang penderita trypophobia.
Salah
satu pengidap trypophobia, misalnya, diminta memberikan petunjuk supaya
Cole dan timnya bisa memahami keengganannya yang kuat untuk pola lubang
tertentu. Hasilnya, responden itu menyatakan memiliki reaksi negatif
yang sama saat melihat gambar lubang dengan gambar gurita bercincin
biru, salah satu hewan paling beracun di dunia.
Untuk
menyelidiki apakah hewan beracun bisa memicu trypophobia, Cole dan
timnya menganalisis gambar gurita bercincin biru, kalajengking,
laba-laba, kobra, dan ular berbisa lainnya. Mereka menemukan bahwa
gambar semua hewan mematikan itu memiliki kontras yang tinggi pada
frekuensi tengahnya.
Cole dan timnya meyakini reaksi
jijik terhadap klaster lubang merupakan efek samping dari adaptasi
evolusioner untuk menghindari hewan beracun. Ini didasari keadaan bahwa
setiap individu memiliki kecenderungan bawaan untuk waspada terhadap
hal-hal yang dapat merugikan.
"Kami berpikir bahwa
setiap orang memiliki kecenderungan trypophobia meskipun mereka mungkin
tidak menyadari hal itu," kata Cole.
Ia menambahkan
trypophobia dapat disembuhkan secara mandiri. Caranya dengan sering
melihat gambar klaster lubang sehingga penderita menjadi tidak peka
terhadap pola lubang berulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar